Pelita Insani
Sejarah lahirnya Pelita Insani ini diawali oleh pengalaman yang terjadi secara tidak sengaja. Tetapi justru dari ketidak sengajaan itulah kami tergerak untuk melakukan sesuatu yang kami yakin dan percaya akan memberikan manfaat bagi orang-orang disekeliling kami terutama bagi mereka yang sangat membutuhkannya kelak.
Pelita Insani is based by our personal experiences. It has never been our plan. But from this experience we decided to do something that we believe and trust will provide benefits for others around us, especially for those who really need it later.
Pada suatu sore kami pergi ke toko buku yang berada di pusat perbelanjaan yang terletak di tengah kota kami. Di toko buku itu kami bertemu dengan teman lama ketika kuliah.Karena sudah lama tidak bertemu, kami setuju untuk menghabiskan waktu di sore itu dengan bertukar cerita dan pengalaman di sebuah taman yang berada tidak jauh di depan pusat perbelanjaan itu.
One evening we went to a bookstore in a shopping center located in the middle of our city. At the bookstore, we met with old friends while in college. Because have not met, we agreed to spend time in the afternoon by exchanging stories and experiences in a park, not far in front of the shopping center.
Kami duduk bercerita sambil menikmati makanan. Sangat banyak orang yang menikmati sore yang indah itu di situ, kami melemparkan pandangan ke sekeliling. Kami tertegun, tidak jauh dari tempat kami duduk, duduk juga tiga orang anak kecil usia sekolah.
We sat talked while enjoying food. So many people are enjoying a beautiful afternoon it there. Suddenly we were stunned, not far from where we sit, sat three young children of school age.
Dari pakaian yang mereka pakai, terlihat sangat jelas tampang mereka yang kurus dan kotor. Mereka adalah anak-anak jalanan, yang kapan saja mungkin bisa kita temui mengamen di perempatan lampu merah, atau di dalam bis kota.
From the clothes they wear, their appearance is obvious that skinny and dirty. They are street children, who whenever possible we can meet singing at a red light intersection, or in a city bus.
Ada satu pemandangan yang membuat kami tertegun. Mereka makan mie ayam, satu mangkuk bertiga. Satu mangkuk, untuk tiga perut. Mungkin karena uang yang mereka kumpulkan hasil dari mengamen ternyata setelah dihitung-hitung hanya cukup untuk beli satu mangkuk mie ayam.
There is one scene that makes us stunned. They eat chicken noodles, a bowl of three. One bowl, for the three stomach. Perhaps because of the money they collect the results of the singing was after the count is calculated only enough to buy a bowl of chicken noodle.
Tetapi mereka tetap gembira, makan bergantian, benar-benar berbagi dan sabar menunggu giliran masing-masing, menyendok mie ayam. Yang satu menunggu yang lain menyendok, sebelum tiba giliran dirinya menyendok. Begitu terus, sampai mie ayam itu habis dan bersih, bahkan airnyapun mereka seruput dari mangkok secara bergantian. Mereka tampak sangat menikmatinya.
But they remain happy, eating alternately, actually share and wait their turn each, spooning chicken noodle. One was waiting for another scoop, before the time came for him to scoop. So it went, until the chicken noodle it out and clean, even had them sips of water from the bowl alternately. They looked really enjoyed it.
Kami begitu tertegun, sampai-sampai kami sama-sama menunggu dengan penasaran adegan seperti apa lagi yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian, mereka menghitung uang recehan itu, dan membeli air minum mineral ukuran gelas, dan lagi-lagi untuk dibagi bertiga. Penuh haru kami menyaksikannya.
We were so stunned, until we were both waiting for the curious scene like what else would happen. Then, they count coins, and purchase of mineral drinking water the size of the glass, and again to be divided three. We watched with emotion.
Salah satu dari kami berkomentar bahwa suatu hari nanti, jika Tuhan membuat kehidupan salah satu, atau ketiganya berhasil, ketika mereka memakai kemeja dan berdasi, berpenampilan seperti kebanyakan para manager, dan berkantor di salah satu gedung yang ada di sekitar kami melihat pemandangan itu, mereka akan melihat ke bawah, mengenang puluhan tahun yang telah lewat, ketika suatu sore, di suatu masa, mereka makan mie ayam satu mangkuk bertiga.
One of us commented that someday, if God makes the life of one, or all three succeed, when they wore shirts and ties, looking like most managers, and offices in one building that is around us to see the sight, they 'll look down, remembering the tens of years gone by, when one afternoon, at a time, they eat a bowl of chicken noodle all three.
Kami tergerak untuk menawari mereka makan mie ayam sekali lagi, satu mangkuk, untuk satu orang, tapi ketika kami akan mendekati mereka, mereka sudah beranjak pergi dan akan mulai mengamen lagi di bis-bis yang akan mereka tumpangi.
We moved to offer them once again eat chicken noodles, a bowl, for one person, but when we would approach them, they've moved away and would start singing again on the buses that will be riding them.
Mereka adalah anak-anak yang terpinggirkan, tetapi justru dari merekalah kami mendapatkan sesuatu yang bermakna untuk kami bawa pulang.
They are children who are marginalized, but it is from them that we get something really has meaning for us to take home.
Kisah di atas merupakan realitas sosial yang kerap kita dapati di berbagai jalanan di kota-kota besar di Indonesia. Kenyataan yang membuat kita sering bertanya-tanya: Kenapa semua hal itu terjadi? Kenapa anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar tetapi malah turun di jalan untuk mencari makan? Apakah tidak ada lagi yang peduli? Menyedihkan memang.
The story above is a social reality that often we find in various streets in major cities in Indonesia. The fact that makes us often ask, "why all this happen ?" ... Why children should play and learn, but in reality they are actually living on the streets for a living? Does no one else cares? Pathetic indeed. Are not there more people who care about them and their lives? It is something very sad and tragic ...
Mereka adalah titipan Tuhan yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
We must understand that they ... children is the gift of God entrusted to protect, secured his rights, so for growing up into a useful adult human, civilized and has a bright future.
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita.
The growing phenomenon of street children in Indonesia is a complex social issue. Living on the streets and become street children is not a pleasant option, because they are in a condition which was not a bright future. And their existence is also sometimes a "problem" for many people, families, communities and countries. However, attention to the fate of street children seems not so great, but they are our brothers.
Oleh karena itu, Kami melakukan gerakan untuk memberikan kepedulian dan kasih kepada sesama kita yang membutuhkan, yaitu masyarakat dari keluarga prasejahtera, yang tak mendapatkan kasih maupun kepedulian dari siapapun didunia ini, baik itu anggota keluarganya, sahabatnya, lingkungannya maupun dari pihak pemerintah.
Seeing this fact, we will conduct social activities to provide care and love to those in need. They are poor people, people from poor families, who did not get the love and concern from anyone in this world, be it family, friends, communities and also from the government.
Kami juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut bergabung bersatu padu bersama kami dalam memberi kasih kepedulian kepada sesama kita itu.
We also invite all people to join us unite together in a giving love of concern to those who need help and support us.
Kami selalu berusaha mengantisipasi perilaku negatif masyarakat akibat kemiskinan, seperti : bunuh diri, tindakan kriminal, penjualan pemakaian obat terlarang, perdagangan bayi anak, exploitasi anak, remaja, wanita dewasa dll.
We always try to anticipate the behavior of society's negative effects of poverty, such as: suicide, crime, sales of drug use, infant child trafficking, exploitation of children, adolescents, adult women, etc..
Kami akan secara rutin memberikan penyuluhan pendampingan, serta meluncurkan program - program pengentasan kemiskinan, misalnya : pendidikan formal non formal, penguatan mental pola pikir, pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat.
We will routinely provide counseling assistance, and launched a poverty eradication program, for example: formal non-formal education, strengthening of mental thought patterns, empowerment and community economic development.
Kami berharap kelak masyarakat binaan akan mempunyai mental pola pikir yang kuat dalam menghadapi depressi stressor. Begitu pula dalam bidang ekonomi, mereka akan mempunyai penghasilan rutin, sehingga dapat mendukung kehidupan sehari hari, yang kemudian akan berkembang menjadi peningkatan dalam taraf hidup mereka.
We hope that someday people will have built a strong mental mindset in dealing with depression stressor. Similarly, in economics, they will have a regular income, so it can support daily life, which later will develop into an improvement in their living conditions.
0 komentar:
Posting Komentar